Oleh Roynaldy Saputro.
Guru SMA dan SMK Muhammadiyah Mayong
Sekretaris BPK PDPM Jepara
( PDPMJEPARA.ORG)- Work From Home ( WFH ) atau bekerja dari rumah sedang di galakkan. Gerakan tersebut digunakan untuk memutus rantai penyebaran Covid – 19. Dengan WFH, maka interaksi sosial di dunia nyata bisa diminimalisir. Akan tetapi hal itu tidak berlaku di dunia maya. Intensitas interaksi manusia di dunia maya justru semakin meningkat di tengah gerakan WFH.
WFH, memungkinkan seseorang memiliki waktu yang lebih lama dalam menggunakan gawai. Hal itu didukung mana kala WFH menggunakan beberapa aplikasi media sosial. Contoh saja di kegiatan diskusi beberapa organisasi masyarakat. Aplikasi WA dipakai untuk diskusi daring. Ada juga yang memakai Facebook Live, Instagram Live, atau siaran langsung youtube untuk sebuah pengajian, seminar dll. Memang tidak ada salahnya manusia mengarah ke arah serba daring. Semakin berjalan kearah masa depan, kemampuan manusia akan kondisi serba daring memang harus meningkat. Terlebih didukung dengan situasi dan kondisi yang seperti sekarang ini. Jika dilihat beberapa sektor kehidupan mulai terdampak.
Serba Daring Di Pendidikan Dan Ekonomi
Di sektor pendidikan, mengalami dampak yang cukup serius dari sistem WFH karena Covid – 19. Hampir semua lembaga pendidikan menggunakan sistem pembelajaran daring untuk mencapai standar kompetensi yang berlaku. Baik guru dan murid, sama-sama menggunakan gawainya untuk saling berinteraksi. Sedangkan sesama guru dan kepala sekolah serta karyawan sekolah, sudah berinteraksi dengan video conference / percakapan pesan menggunakan aplikasi yang sesuai. Pendaftaran peserta didik baru pun menggunakan daring dalam teknis pendaftarannya.
Di sektor ekonomi, gerakan untuk menumbuhkan UMKM dengan promosi / iklan di media sosial juga semakin meningkat. Dari yang saya amati, beberapa akun informasi milik swasta ( non pemerintah ) yang banyak di ikuti masyarakat, sekarang sangat terbuka untuk membantu mengiklankan UMKM di daerahnya. Bisa kita lihat dari akun ISK ( info seputar kudus) atau ISJ ( info seputar jepara ). ISK bahkan terang-terangan siap membantu bagi pelaku UMKM yang ingin promosi di akunnya. Adapun akun-akun pribadi sekarang lebih aktif untuk promosi di media sosial ditengah himpitan ekonomi dampak kehadiran Covid-19.
Dari dua sektor kehidupan tersebut saja, kita sudah memahami bagaimana alur masa depan mendatang. Serba daring, serba video, serba berinteraksi didunia maya dan serba mendapatkan informasi akan menjadi hal yang sangat biasa. Bisa jadi dalam beberapa tahun, justru ketergantungan terhadap daring yang akan menjangkiti masyarakat.
Bahaya Infobesitas
Dalam kondisi seperti ini, interaksi sosial di dunia maya memang tidak terbendung. Banyak manusia, sehari-hari akan mengkonsumsi informasi dari berbagai sektor kehidupan. Yang paling mencolok adalah informasi tentang perkembangan Covid -19. Data positif yang sudah menunjukkan 5.000 lebih orang positif Covid -19, membuat masyarakat khawatir.
Setiap hari masyarakat di suguhi dengan berita tentang Covid – 19. Seakan-akan baik di media elektronik seperti televisi, atau media sosial tidak ada berita positif yang lain. Proporsi dengan informasi yang lain sungguh jaraknya terlalu jauh. Komunikasi pemerintah dengan masyarakat perlu ada evaluasi. Kata “waspada dan jangan panik” justru membuat masyarakat dibeberapa daerah tambah panik.
Kita bisa lihat kejadian akhir-akhir ini. Tentang penolakan jenazah perawat yang positif Covid – 19. Ada lagi penolakan tempat sebagai lokasi karantina. Dan tentu masih banyak kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. Hal demikian tentu tidak terlepas dari informasi yang masyarakat dapatkan. Terlebih informasi tersebut mengandung unsur negatif. Padahal dr. Hasan Bayuni direktur RS PKU muhammadiyah sruweng kebumen pernah mengatakan, ” jika perasaan seseorang cemas dan khawatir, bisa membuat imunitas tubuh menurun”. Dalam menghadapi Covid -19, imun tubuh hendaknya ditingkatkan, bukan diturunkan.
Lagipula komunikasi tentang kebijakan publik pemerintah perlu diperhatikan. Mengingat dalam situasi seperti ini, ada juga pejabat yang membuat kegaduhan. Kasus terbaru yaitu tentang surat dari staff khusus presiden yang bersifat pribadi perusahaannya. Dan yang kedua tentang pernyataan LBP Menkopolhukam tentang jumlah korban meninggal akibay virus Covid -19 yang tidak seberapa dari jumlah penduduk Indonesia.
Perlu adanya evaluasi dari internal pemerintah terkait komunikasi publik. Apalagi ditengah kondisi sekarang, masyarakat banyak memakan informasi. Dalam pengamatan dibeberapa grup WA ataupun FB, banyak masyarakat yang khawatir tentang penanganan Covid – 19. Dan merasa was-was jika wabah ini sudah sampai ke lingkungannya.
Memberikan informasi yang positif dan menenangkan masyarakat dengan data yang jelas dan transparan sangatlah penting. Jangan sampai masyarakat mempunyai penyakit infobesitas, dengan konsumsi utama adalah informasi negatif. Menurut Irfan Amalee Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah dalam Suara Muhammadiyah, “Infobesitas merupakan gejala kelebihan asupan informasi tanpa memilah terlbih dahulu informasi yang didapat”. Sekarang terjadi, banyak masyarakat langsung responsif terhadap segala pemberitaan tanpa nalar kritis obyektif yang dibangun. Sehingga masyarakat terombang ambi dengan segala innformasi yang di produksi media massa.
Masih menurut Irfan, untuk menghindari Infobesitas di situasi sekarang, perlu adanya kampanye akhlaq bermedsos dan mengajarkan digital literacy ( literasi digital ) dan digital citizenship ( warga digital ). Kemudian,jikalau ada seseorang yang terkena dan ingin sembuh dari virus covid -19 ataupun jika masih sehat ingin terhindar dari rasa kecemasan yang mempengaruhi daya imunitas tubuh. Maka kita bisa meniru Bima Arya, wali kota bogor dengan sejenak meninggalkan dunia media sosial dan fokus terhadap kehidupan nyata dengan karantina mandiri.
Mari bersama-sama melindungi diri dari informasi yang menurunkan daya tahan tubuh kita. Selalu manajemen setiap informasi yang kita dapat. Imbangi dengan informasi yang positif tentang wabah covid 19. Buatlah stigma anda berfikir jernih bahwa kita bisa menang dan bertahan menghadapi wabah ini.