oleh : Akhmad Faozan
pdpmjepara.org- Ramadan telah usai menggembleng kaum muslimin. Gemblengan dengan sarat nilai perjuangan meraih kemenangan. Sehingga menghadirkan suasana dengan nuansa sarat nilai muqarabah, yakni mendekatkan dirinya sedekat-dekatnya dengan Allah Swt. Tempat gemblengan berada di pusat pengembangan kualitas diri orang beriman, yaitu dalam Masjid.
Seiring dengan berjalannya waktu, nilai-nilai ramadhan terasa telah merasuk ke dalam jiwa beriringan dengan irama keberagamaan keseharian yang penampakannya makin religius. Bagaimana tidak, panggilan Allah lewat ayat puasa seakan masyarakat tak terkecuali ikut larut mengikuti irama sistematika yang dibuat langsung penjadwalannya oleh Sang Skenario kehidupan, Allah yang Maha Rahman. Semarak ramadan kini telah meninggalkan kita, masih adakah jejak-jejak kebaikan Ramadhan untuk diamalkan pasca Ramadhan?
Masjid dan musala mengalami perubahan dalam orientasi serta misinya. Perubahan yang dirasakan jamaah ialah masjid dan musala sudah mengarah ke pelayanan kepada jamaah. Para pegiat masjid menilai adanya perubahan signifikan dari tahun ke tahun. Perubahan dari tahun sebelumnya sudah terlihat adanya peningkatan pelayanan kepada jamaah. Misalnya, kepengelolaan dalam mengurus berbuka puasa, mulai dari beragamnya materi kajian menjelang berbuka dengan ustaz yang tidak hanya satu, juga kepengelolaan menu makan takjil.
Hal ini barangkali seperti yang pernah tersampaikan oleh Muhammad Jazir, yaitu takmir masjid Jogokaryan yaitu masjid percontohan dari segi manajemen atau pengelolaan yang sangat memperhatikan dalam hal pelayanan. Sehingga ke depan masjid dan musala Muhammadiyah perlu ditekankan oleh seluruh takmir dan pemangku amanah untuk menjalankan roda operasional masjid dan musala. Dimana, pelayanan bukan hanya dikhususkan kepada jamaah internal tetapi jamaah dari luar pun perlu untuk diperhatikan.
Dalam tulisan ini, bukan fokus pada pelayanan yang terkait dengan fasilitasi kepada jamaah, namun lebih kepada perhatian pemberdayaan jamaah agar lebih merasa terpanggil dan merasa kenikmatan disaat beribadah salat. Sehingga nantinya di dalam hatinya terbangun mindset ada keinginan kuat melaksanakan ibadah salat ya di masjid.
Demikian juga, upaya-upaya pemberdayaan jamaah khususnya. Bagaimana agar rajin dan merasa termotivasi dan keterpanggilannya untuk terbangun mindsednya “aku ingin selalu pergi ke masjid saat ibadah salat”. Bila jamaah sudah terpola mindsetnya untuk terus menjaga diri dan hatinya terpaut dengan masjid dan diantara hati dengan para jamaah lainnya, maka misi pelayanan masjid telah berhasil.
Maaf, barangkali menjadi muhasabah introspeksi. Ada satu masjid, di setiap salat wajib, hampir selalu full jamaahnya. namun hati para pengurus takmir dengan jamaahnya tak terpaut, alhasil kondisi jamaahnya seperti masih terasa kering. Mereka memang salat jamaah, namun hatinya kosong dari rasa kangen dengan jamaah lain. Jelas kondisi seperti ini seakan ada keterjerdaan komunikasi dan hati para jamaahnya. Bagaimana dengan masjid anda?
Ideal sekali contoh dari junjungan kita kanjeng nabi Muhammad utusan Allah. Beliau disaat membangun motivasi jamaah karena beliau sudah mengikatkan hati beliau kepada jamaah atau sahabatnya, disaat ada satu jamaah yang saat itu tidak kelihatan batang hidungnya, lalu beliau menanyakan kepada sahabat lain, seperti Tsa’labah yang suatu saat tidak hadir ke masjid karena sibuknya mengurus hewan piaraannya.
Dalam hal ini sangat penting memerankan fungsi takmir masjid. Pengurus takmir memiliki peran ganda, selain sebagai fasilitator melayani jamaah juga dirinya sebagai jamaah. Orang-orang yang duduk sebagai pengurus takmir tidak sekedar mau, namun harus terus berbekal dan mengasah hati membangun cara dan empati kepada jamaah. Dirinya harus terbangun sikap mau dan ridho-ikhlas menerima jamaah lain benar-benar saudara seiman kita yang terikat dengan kata “jamaah” kumpulan orang beriman. Kemudian mereka meyakini jika suatu saat kelak nanti akan dipertemukan oleh Allah yaitu disaat yaumul hisab. Sehingga kondisi hati yang sudah ngeklik dengan jamaah lainnya menandakan kalau inti dari maksud berjamaah ke masjid adalah menguatkan ikatan hati untuk rela bersaudara dengan jamaah lainnya. Pertanyaannya, Seperti itukah hati kita saat ini ketika kita berada di dalam masjid? Pertanyaan ini menjadikan dasar berpikir untuk mengembangkan masjid dari sisi penguatan jamaah.
Ramadhan dengan taburan rahmah dari Allah Swt. memberikan hikmah inspiratif kepada kita untuk mengejawantahkan dalam memaksimalkan momen pasca ramadhan. Ada sebagian kisah dari aktivitas ramadhan kemarin, seperti pengurus takmir masjid dengan misi perubahan pelayanan jamaah . Mereka sudah berbekal dengan ngangsu kaweruh sampai kota Gudeg, Masjid Jogokaryan Yogyakarta. Sebenarnya bukan hanya pengurusnya yang menguat untuk perubahan ini, tetapi karena jamaahlah yang menghendaki untuk terus menerus bersama dalam jamaah. Sehingga mereka yang sudah merasa kering dari nilai persaudaraan dan kebersamaan yang abadi, mereka ingin agar masjid memfasilitasi dengan program membangun jamaah.
Ketika ramadan telah meninggalkan kaum muslim kemudian Allah memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menikmatinya, seakan seperti ada harapan agar tidak berlalu begitu saja. Karena ramadan dapat menjadikan kita untuk dapat hadir ditengah kebuntuan dan keterjedaan komunikasi antar jamaah. Tidak lepas begitu saja, seusai jamaah atau aktivitas lain di masjid tetapi ada bekas dalam hati. Yaitu rasa kangen. Kondisi yang kadang muncul dan hadir dalam benak pikiran sebagian jamah suatu masjid adalah masih adanya jurang pemisah dia yang kaya, kami orang tak berkecukupan, tak pantas mengharapkan banyak akan perubahan.
Padahal disaat Allah menyatukan dengan perintah berpuasa, adalah bukan sekedar menjaga rasa lapar dan dahaga hingga maghrib tiba. Bukan sekedar itu, namun lebih kepada saling merasakan apa yang dirasakan oleh saudara kita yang belum (tidak) sama perasaan kita hari ini yang berlimpah dan berkecukupan dibandingkan dengan mereka yang baru dirundung kesulitan ekonomi. Terbangunnya rasa emphati adalah bagian dari maksud dan tujuan untuk berpuasa.
Nilai penting ini, hendaknya terpatri dalam hati para jamaah, agar hiruk pikuk ramadan dengan beramai-ramainya jamaah memadati masjid musala menjadi bagian dari membumikan misi Ilahi, “Yuk bersama-sama menyemarakkan masjid kita dengan penuh kekhusyuan dan mendamaikan hati”. Sehingga selama ini masjid yang memiliki begitu kuat potensi dalam pengembangan jamaah dapat dengan mudah terwujud.
Nah, oleh karena itulah kami dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mayong menginisiasi betapa pentingnya menautkan hati para jamaah Muhammadiyah agar terbangun rasa emphaty senasib sepenanggungan bermaksud mengundang ahli yang ekspert dibidang manajemen Masjid, yaitu Ustadz Muhammad Jazir Ketua PRM Jogokaryan, dewan pengembang takmir Masjid Jogokaryan Yogyakarta. Tunggu undangan dari kami, Ahad Legi, 15 Mei 2022 di kompleks Masjid Taqwa Mayong .
————-
Penulis adalah Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mayong Jepara