Oleh Roynaldy S.
pdpmjepara.org- Banyak perubahan yang terjadi selama wabah Covid-19. Mulai dari perubahan kondisi bumi hingga rutinitas manusia. Bumi mengalami masa transisi dari yang biasanya ramai dipijaki oleh langkah manusia hingga sekarang berkuranglah jejak langkah manusia. Manusia pun sama, yang biasanya sering berpijak kepada bumi, sekarang mulai mengurangi pijakannya. Dan semua itu tidak terlepas dari peran wabah terpopuler abad ini, yaitu Covid – 19.
Dalam berita detik.com, Profesor bidang teknik lingkungan Columbia University, Wade McGilis membuat pernyataan kepada majalah Time, seperti dilihat Minggu (12/4/2020). McGilis mengakui Bumi memulihkan diri. Selama wabah covid-19, bumi mengalami perubahan, menurut News.com Australia ada 3 perubahan besar yang terjadi. Perubahan tersebut adalah polusi udara berkurang, emisi karbon turun dan bumi jadi lebih indah dengan flora dan fauna. Dari fakta yang terjadi di lapangan memang manusia sedikit membatasi diri terhadap aktivitasnya. Dengan adanya kebijakan work from home, manusia lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Maka dari itu, lalu lalang kendaraan umum atau pribadi yang menjadi salah penyumbang polusi udara pun mulai berkurang.
Lebih lanjut dalam sebuah artikel kompas.com, untuk lingkungan bumi sedang merayakan kondisi terbaiknya. Bahkan artikel tersebut menyebutkan bahwa kondisi bumi mirip dengan 30 tahun yang lalu. Hal ini karena emisi gas rumah kaca, konsumsi bahan bakar fosil, lalu lintas udara, darat dan laut secara drastis telah menurun.
Tidak hanya bumi, manusia pun sama. Ditengah kondisi work from home dan serba daring, manusia dituntut untuk menjadi makhluk digital. Banyak kegiatan pekerjaan dilakukan dari rumah. Akibatnya rutinitas yang mengakibatkan pemanasan global pun semakin berkurang. Hanya saja, manusia perlu menyesuaikan perubahan rutinitas ketika ada wabah covid -19 dan setelah covid-19.
Beberapa penyesuaian yang perlu dijalankan adalah, menjaga kondisi tubuh dengan pola hidup sehat dirumah, merawat nalar akal dirumah, dan merapat spiritual dirumah serta merawat emosional dengan keluarga dirumah. Setidaknya ke empat hal itu perlu di perhatikan. Karena kita tidak tahu sampai kapan wabah ini akan berlangsung. Walaupun demikian, penyesuaian manusia terhadap era digitalisasi adalah hal yang paling utama. Tuntutan kerja dari rumah, berdagang dari rumah, dan belanja dari rumah serta belajar dari rumah mengakibatkan hidup serba daring.
*Sudut pandang yang lain*
Tidak semua hal, bisa kita ambil hikmah dari kejadian pandemi covid-19. Dibelahan bumi yang lain ternyata ada musibah. Penggunaan masker sekali pakai menimbulkan masalah dibeberapa tempat. Sampah masker berserakan dimana-dimana. Mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
Pemakaian masker medis sekali pakai beberapa waktu lalu. Mengakibatkan kekhawatiran sebagian kalangan. Dengan bahan yang sekali pakai, maka akan sulit untuk di urai / didaur ulang. Terlebih masker sekali pakai rentan membawa penyakit. Tak hanya itu, sampah masker medis pun sudah mencemari perairan. Hal ini sempat diberitakan oleh media online kumparan.com. Dimana ada akun facebook yang membagikan penemuan masker yang berserakan di bibir pantai Hongkong.
Maka dari itu langkah pemerintah untuk menghimbau masyarakat menggunakan masker kain sangatlah tepat. Masker kain bisa digunakan berkali-kali. Dengan cara dicuci maksimal setelah 3x pemakaian.
*Manusia perusak bumi*
Saya teringat beberapa tahun yang lalu, saya dan teman-teman sempat membedah film dokumenter “Sexy Killers”. Film tersebut sedikit menceritakan tentang penggalian batu bara untuk Bahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Ada banyak masalah terkait penambangan batu bara. Yaitu banyaknya lubang yang tidak ditutup kembali dengan tanah dan dibiarkan saja. Tidak hanya itu, lubang- lubang itu pun letaknya dekat dengan pemukiman masyarakat. Memang manusia banyak yang merusak bumi ini.
Dalam kasus lain, ternyata emisi karbon dioksida di bumi juga masih tinggi. Dua negara adidaya yaitu China dan Amerika menyumbang lebih dari 15 milyar ton emisi karbon dioksida ( Regan, CNN, 25/2/2020). Disampaikan oleh aditya pratama dalam essay di ib.times.com.
Melihat situasi itu, apakah kita selaku manusia memang tidak bisa merawat alam? Dan hanya merusak bumi demi keberlangsungan hidup kita?.
Suara Muhammadiyah edisi 05 tahun 2020 menerbitkan majalah secara khusus dengan tema ” Manusia Perusak Alam “. Jika ada jamaah yang sudah membaca, insyaa Allah memahami bagaimana permasalahan rusaknya alam perlu difikirkan oleh khalifah(manusia) dibumi.
“Allah SWT menitipkan amanah berupa alam raya kepada manusia untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan penuh tanggung jawab. Cara pandang dan akhlak kita terhadap alam harus dalam kerangka menjaga anugerah Tuhan untuk kemaslahatan ciptaan-Nya ( hal 9 ).
Ditengah adanya hikmah ataupun musibah dari dampak covid-19 bagi bumi. Beberapa Kader Hijau Muhammadiyah juga mengkritisi terkait situasi terkini. Dengan moment yang tepat seperti 22 April 2020 yang merupakan hari Bumi Sedunia. Mereka berupaya menyadarkan masyarakat tentang kerusakan bumi dengan beberapa aksi dan tulisan.
*Hubungan bumi dan manusia*
Ada sebuah novel fiksi sejarah menarik yang pernah saya baca. Judulnya yaitu Bumi Manusia. Edisi pertama dari 4 seri buku Tetralogi Buru. Sebuah judul cukup unik yang diberikan oleh Pramodya Ananta Toer selaku pengarang.
Novel sejarah tersebut mengisahkan tentang sejarah pendudukan kolonial di nusantara. Dengan menghadirkan seorang tokoh utama di fiksi sejarah bernama Minke. Minke yang sedari awal mengalami pergolakan pemikiran tentang penjajahan bangsa eropa, memberikan perlawanan. Dia tidak rela sumber daya berupa rempah – rempah dan tanah dikuasai oleh penjajah. Tidak hanya itu, ketidak adilan merajalela dan perbudakan tenaga kerja dimana-mana.
Kondisi itu mirip dengan sekarang. Investor asing, dan putra bangsa yang bisa disebut konglomerat di negeri sendiri banyak andil dalam kerusakan lingkungan. Ditambah dengan situasi seperti ini yang mengakibatkan sampah medis menumpuk.
Lantas bagaimana seharusnya manusia mengelola bumi dengan benar? Mari kita ikuti kekritisan dan kesadaran dari minke. Dan kita lihat bagaiamana Islam memandang khalifah ( manusia ) mengelola alam.
Dalam suatu diskusi, anggota kader hijau muhammadiyah pernah mengatakan, Amar ma’ruf Nahi Munkar bisa dimaknai, amar ma’ruf berbuat kebaikan dengan menanam dan nahi munkar mencegah kemunkaran dengan sadar melawan kerusakan alam.
Maka dari itu Islam agama rahmatan lil alamin juga memberikan perhatian khusus bagi hubungan manusia dengan bumi. Agama Islam memberikan peringatan melalui Q.S. Ar Rum ayat 41 yang artinya, “Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut, disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Supaya Allah SWT merasakan kepada mereka sebahagian daei akibat perbuatan mereka agar mereka kembali jalan yang benar”.
Kesadaran manusia melestarikan lingkungan, masih sangat minim. Apalagi umat Islam masih belum secara masif bergerak untuk melestarikan alam / menjaga bumi. Padahal beberapa ayat sudah menjelaskan. Belum fokusnya umat ke ranah tersebut bisa jadi karena kondisi permasalahan bangsa dan pertarungan ideologi yang masoh menjadi isu utama umat. Sebagai penutup saya hadirkan ayat Al – Qur’an tentang melestarikan alam, Q.S. Al A’raf Ayat 56-58 tentang Peduli Lingkungan, yang artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)bagi orang-orang yang bersyukur.”
Maka dari itu, mari ditengah pandemi, walaupun ada bagian bumi dalam kondisi yang membaik. Akan tetapi ada juga bagian bumi yang mulai rusak. Tetap gunakan masker kain sehingga tidak terlalu banyak meninggalkan sampah yang bisa mencemari air laut atau bibir pantai.
Dan tak lupa tetap sadar dan kritis terkait kebijakan pemerintah yang tidak pro tentang pelestarian alam. Dan hanya menguntungkan investor guna mengambil sebanyak-banyaknya sumber daya alam negara kita. Kristisi dengan solusi, bahwa manusia dengan alam harus sinergis. Manusia menjaga, mengelola dan memanfaatkan dengan penuh tanggung jawab. Dan alam memberikan balasan berupa bahan pokok yang bisa membuat manusia bertahan hidup.